Pembelajaran Mendalam (PM) sejalan dengan pemikiran para filsuf pendidikan, karena PM menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses pembelajaran, dengan menciptakan suasana belajar yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Pendekatan ini semakin relevan menghadapi dunia yang penuh kompleksitas dan ketidakpastian, dengan cara mengintegrasikan olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika), dan olah raga (kinestetik) secara holistik dan terpadu.
PM menekankan bahwa pembelajaran
bukan sekadar transfer ilmu, melainkan penciptaan suasana yang memuliakan
peserta didik. Filosofi ini berlandaskan pandangan pendidikan holistik yang
mengedepankan keseimbangan antara aspek intelektual, emosional, spiritual, dan
fisik. Melalui pembelajaran berkesadaran, peserta didik diajak untuk hadir
secara penuh dalam setiap aktivitas belajar. Pendekatan ini menegaskan
pentingnya sinkronisasi antara pikiran, perasaan, dan tindakan, sebagaimana
diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara melalui sistem among yang berbasis nilai
asah, asih, dan asuh. Dengan kesadaran penuh, peserta didik diajak memahami
bahwa setiap proses refleksi mendalam yang dijalani merupakan penghormatan
terhadap keragaman perspektif dan komitmen untuk terus berkembang.
Pembelajaran bermakna dalam PM memastikan bahwa materi
yang diajarkan relevan dengan kehidupan nyata peserta didik. Dengan
menghubungkan pembelajaran pada konteks budaya, sosial, dan tantangan
sehari-hari, PM memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, dan
sintesis dalam memecahkan masalah kompleks. Pendekatan ini sejalan dengan
pandangan K.H. Ahmad Dahlan yang memandang pendidikan sebagai alat perubahan
sosial yang membangkitkan kesadaran kolektif. Dengan pembelajaran bermakna,
peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan praktis, tetapi juga
membangun wawasan untuk berkontribusi secara positif terhadap masyarakat.
Suasana belajar yang menggembirakan merupakan prinsip utama PM, di mana
pembelajaran dirancang agar bebas dari tekanan yang berlebihan dan penuh dengan
antusiasme. Filosofi ini menggambarkan prinsip Taman Siswa yang
dicanangkan oleh Ki Hajar Dewantara, di mana kebebasan berekspresi,
kemandirian, dan motivasi intrinsik peserta didik dipupuk. Dalam suasana
belajar yang menggembirakan ini, peserta didik termotivasi untuk mengeksplorasi
ilmu pengetahuan dengan semangat dan keinginan mendalam, karena dilandasi oleh
keamanan psikologis yang membebaskan mereka dari rasa takut dan memungkinkan
mereka untuk berekspresi, berpikir kritis, dan berekreasi tanpa hambatan.
Dimensi olah pikir dalam PM berfokus pada pengembangan
kemampuan intelektual peserta didik melalui eksplorasi, eksperimen, dan
inovasi. Pendekatan ini menekankan integrasi antara teori dan praktik untuk
memotivasi pola pikir adaptif dan solusi kreatif.
Dimensi olah hati dan olah rasa memperkuat nilai-nilai moral, etika,
dan estetika, membentuk peserta didik yang berintegritas, berempati, dan
berkomitmen terhadap keadilan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Bagus
Hadikusumo dan Romo Y.B. Mangunwijaya yang menekankan pentingnya pendidikan
berbasis moralitas dan penghormatan terhadap martabat manusia.
Dimensi olahraga melengkapi PM dengan menekankan
keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental. Melalui aktivitas fisik yang
terintegrasi dalam pembelajaran, peserta didik diajak untuk menjaga kesehatan
tubuh sebagai fondasi dari keberhasilan akademik dan kehidupan. Pendekatan ini
menanamkan nilai disiplin, ketekunan, dan daya tahan, sekaligus menyadarkan
peserta didik bahwa tubuh yang sehat mendukung pikiran yang tajam dan hati yang
tenang.
PM juga menumbuhkan semangat saling
memuliakan di lingkungan pendidikan, dengan menempatkan penghormatan sebagai
inti dari proses pembelajaran. Sebagaimana diajarkan oleh K.H. M. Hasyim
Asy’ari, lingkungan pendidikan yang baik harus mencerminkan penghormatan
terhadap guru, teman sejawat, dan sumber ilmu. Guru dihormati sebagai
pembimbing penuh kasih sayang, teman sejawat dihargai dalam semangat
kolaborasi, dan sumber ilmu dirawat dengan sikap rendah hati. Melalui sistem
among, yang mencakup nilai asah, asih, dan asuh, PM menciptakan harmoni yang
mendukung peserta didik untuk berkembang secara alami tanpa tekanan yang
merugikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar