Rabu, 25 Juni 2025

DEEP LEARNING

 

Latar Belakang, Tujuan dan Ruang Lingkup

A. Latar Belakang

Indonesia menghadapi berbagai tantangan masa depan yang menuntut persiapan yang sangat serius pada sektor pendidikan. Berbagai tantangan tersebut meliputi kehidupan masyarakat yang akan semakin kompleks, dinamis, tidak pasti, tak terduga, dan ambigu yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada saat yang sama, kehidupan masyarakat akan semakin diwarnai keberagaman sehingga juga akan rentan konflik. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia saat ini perlu segera menyiapkan peserta didik agar mampu mandiri, mampu menghadapi tantangan, mengatasi rintangan, dan bahkan menjadi agen perubahan yang membawa kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan. Generasi muda Indonesia perlu dididik agar ulet dan memiliki daya tahan tinggi dalam menghadapi tantangan dan mengatasi konflik, adaptif, serta memiliki pola pikir bertumbuh (growth mindset) agar cekatan memanfaatkan peluang, mampu menerima kritik, serta meyakini dirinya memiliki potensi dan bakat untuk berkembang.

Indonesia relatif telah berhasil meningkatkan akses pendidikan dasar dan menengah yang ditunjukkan dengan angka partisipasi kasar (APK) untuk jenjang pendidikan dasar (wajib belajar) yaitu SD 104,97% dan SMP yang mencapai 90,67% (BPS, 2024). Namun demikian, pendidikan di Indonesia saat ini masih harus menyelesaikan beberapa persoalan yang terkait dengan kualitas, antara lain masih rendahnya skor literasi membaca dan numerasi (literasi matematika) peserta didik Indonesia sebagaimana tercermin dalam hasil Programme for International Student Assessment (PISA). Data PISA menunjukkan bahwa literasi dan numerasi peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata peserta didik internasional (Matematika: 472, Sains: 485, Membaca: 476). Indonesia berada di peringkat 68 dari 81 negara dengan skor; matematika (379), sains (398), dan membaca (371) (OECD, 2023).

Pencapaian hasil pembelajaran belum sesuai dengan harapan di antaranya karena adanya kesenjangan efektivitas pembelajaran antar sekolah/madrasah dan antar daerah di Indonesia. Kesenjangan tersebut terjadi karena beberapa hal antara lain proses pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan pendekatan maupun metode pembelajaran tradisional dan ketidaksiapan peserta didik untuk belajar. Pembelajaran masih didominasi ceramah satu arah, asesmen yang mengandalkan hanya peserta didik tahu secara teknis, tetapi juga memiliki soft skills, karakter, dan kemampuan berpikir kritis yang menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi demografi tersebut menuju visi Indonesia Emas 2045. Pendidikan dasar dan menengah di Indonesia harus secara cepat dan tepat menyiapkan generasi muda Indonesia yang kompeten untuk menyongsong masa depan. Diperlukan inisiatif dan upaya yang lebih kuat dan kreatif untuk mengekaleserasi dampak pendidikan melalui berbagai pendekatan pembelajaran, yang salah satunya pendekatan Deep Learning yang selanjutnya akan disebut sebagai Pembelajaran Mendalam (PM).

Pembelajaran Mendalam telah diterapkan di beberapa negara, baik secara eksplisit dan implisit sebagai prinsip kurikulum dan pendekatan pembelajaran. Norwegia menerapkan kurikulum menggunakan PM sebagai framework kurikulum dengan menerapkan konten esensial, pendekatan multidisiplin dan interdisiplin dalam mengembangkan transferable skills peserta didik (Norwegian Ministry of Education and Research, 2015). Kurikulum baru ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas (transferable skills) yang dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran dan konteks.

Beberapa negara telah menerapkan prinsip PM seperti Inggris, Finlandia, Jerman, Australia, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara lainnya dengan menciptakan pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Beberapa negara menerapkan pembelajaran yang inklusif untuk menciptakan kenyamanan peserta didik untuk berpartisipasi mencapai kompetensinya. Pendekatan PM berbasis mata pelajaran, rumpun, antardisiplin, dan bahkan transdisiplin secara kontekstual.

Pendekatan PM menekankan pembelajaran yang mendalam, kontekstual, dan bermakna, sehingga mendorong kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan penyelesaian masalah. Pembelajaran Mendalam meliputi pemahaman dan keterkaitan hubungan antara pengetahuan konseptual dan prosedural dan kemampuan untuk mengaplikasi pengetahuan konseptual pada konteks yang baru (Hattie & Donoghue, 2016; Parker et al., 2011; Winch, 2017). Pendekatan ini akan dipermudah dengan pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar, sekaligus memanfaatkan praktik-praktik baik yang sudah ada. Dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian, kemampuan berpikir adaptif yang dikembangkan melalui PM menjadi bekal penting bagi generasi muda.

Penerapan PM ini berada pada momentum yang krusial. Berdasarkan kurva laju pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk usia wajib belajar diprediksi akan segera diikuti oleh fase penurunan. Pendidikan harus memanfaatkan momentum puncak jumlah penduduk usia produktif yang ditujukan meraih bonus demografi. Data proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2050, jumlah penduduk usia di atas 65 tahun akan bertambah hampir tiga kali lipat, sementara jumlah anak usia sekolah akan berkurang signifikan. Dengan demikian, sistem pendidikan harus segera bertransformasi untuk menyiapkan generasi produktif yang berkualitas saat puncak demografi terjadi, sekaligus memastikan Indonesia siap menghadapi tantangan populasi usia lanjut di masa depan.

Pendidikan yang menerapkan potongan atau sebagian pendekatan PM sesungguhnya sudah diterapkan di Indonesia, tetapi masih sangat terbatas, belum utuh, dan belum secara sistematis dalam memastikan terlaksananya pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Salah satu contoh penerapan irisan-irisan pendekatan PM pada SMK adalah pembelajaran berbasis praktik langsung (learning by doing) yang umumnya dilakukan melalui teaching factory, serta kolaborasi erat dengan dunia industri dan pengguna lulusan (link and match). Hasilnya, peserta didik tidak hanya mengembangkan karakter, soft skills, dan hard skills yang kontekstual, tetapi juga menjadi lulusan yang kompeten, mandiri, serta mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan tantangan global. Kolaborasi antara guru, orang tua, kepala sekolah, serta seluruh pemangku kepentingan menjadi elemen esensial dalam mewujudkan ekosistem pembelajaran yang produktif dan relevan.

Tiga prinsip dalam pendekatan PM yaitu berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Ini berarti bahwa PM secara utuh dan sistematis tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tetapi juga menjadi katalisator transformasi yang dapat mendorong kesadaran kolektif dan mempercepat pencapaian tujuan pendidikan nasional. Langkah strategis implementasi PM ini menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan global, menghadirkan pendidikan bermutu yang relevan dengan kebutuhan masa depan serta mewujudkan pemerataan pendidikan di Indonesia.

Untuk menjamin efektivitas dan efisiensi penerapan PM dalam konteks pendidikan di Indonesia, diperlukan naskah akademik yang akan menjadi acuan dalam pembuatan berbagai kebijakan dan keputusan yang relevan.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan naskah akademik PM meliputi sebagai berikut:

1.     Memberikan landasan bagi pengambilan kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terkait penerapan PM di Indonesia.

2.     Menyediakan acuan bagi pengembangan program dan kegiatan untuk memastikan ketersediaan dan kecukupan sumber daya serta infrastruktur yang diperlukan dalam penerapan PM.

3.     Mendeskripsikan kerangka kerja strategis implementasi PM yang meliputi kerangka waktu dan distribusi tugas fungsi unit utama di lingkungan Kemendikdasmen.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup naskah akademik tentang konsep dan implementasi PM di Indonesia yaitu sebagai berikut:

1.     Konsep akademik PM dengan prinsip pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.

2.     Faktor pendukung yang perlu dipersiapkan untuk menerapkan PM dalam sistem pendidikan Indonesia pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah, terutama pada aspek infrastruktur, sumber daya manusia, dan kebijakan.

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dokumen Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah

CP, TP, ATP, KKTP, PROSEM, PROTA, KKTP, MODUL AJAR Perencanaan pembelajaran sangat penting karena menjadi panduan bagi guru dalam melaksanak...